Pernahkah terlintas dalam pikiranmu bahwa molekul
zat penyusun tubuh kita berasal dari molekul hewan purba yang telah punah? Atau
unsur yang kita makan berasal dari dalam tubuh kita sendiri beberapa tahun
sebelumnya? Hal yang demikian mungkin terjadi karena molekul dan unsur yang
masuk ke dalam tubuh kita mengalami siklus di dalam ekosistem.
Siklus atau daur unsur-unsur kimia tersebut berputar
melewati tubuh makhluk hidup, tanah, dalam bentuk persenyawaan-persenyawaan kimia.
Jadi, daur materi atau mineral ini berlangsung di dalam ekosistem (biosfer),
mengalir melalui komponen: biotik → abiotik → reksi kimia → dan seterusnya.
Oleh karena itu, siklus materi tersebut disebut sebagai daur biogeokimia.




Daur biogeokimia yang akan dibahas meliputi daur
nitrogen, daur karbon dan oksigen, daur belerang, dan daur fosforus. Berikut
akan dibahas daur-daur tersebut satu-persatu.
1.
Daur Nitrogen
Nitrogen diperlukan oleh setiap organisme. Apa
fungsi nitrogen bagi tubuh organisme? Nitrogen merupakan salah satu unsur
pembentuk asam amino. Asam amino merupakan persenyawaan pembentuk molekul
protein. Protein merupakan senyawa yang berguna sebagai penyusun tubuh,
misalnya otot, dan sebagai penggiat reaksi-reaksi metabolisme tubuh, misalnya
enzim pencernaan untuk mencerna makanan.
Nitrogen
diperlukan tidak dalam bentuk unsur, melainkan dalam bentuk peresnyawaan.
Atmosfer bumi mengandung + 79% nitrogen. Petir menyebabkan nitrogen di
bumi atmosfer bersenyawa dengan oksigen pembentuk nitrat (NO3).
Tumbuhan menyerap nitrat dari tanah untuk dijadikan protein. Ketika tumbuhan
dimakan konsumen, nitrogen berpindah ke tubuh hewan. Urin, bangkai hewan, dan
tumbuhan yang mati akan dimatikan oleh pengurai menjadi amonium dan amonia.
Bakteri nitrit Nitrosomonas mengubah
amonium menjadi nitrit. Selanjutnya, bakteri Nitrobacter akan mengubah nitrit menjadi nitrat. Peristiwa
pengubahan amonium menjadi nitrit dan nitrat disebut sebagai nitrifikasi. Nitrat akan diserap lagi
oleh tumbuhan. Ada pula bakteri yang mampu mengubah nitrit atau nitrat menjadi
nitrogen bebas di udara. Prosesnya disebut sebagai denitrifikasi.
Unsur C (karbon) diserap tumbuhan dalam bentuk CO2.
Tumbuhan tidak dapat menyerap unsur C dalam bentuk gula atau zat tepung.
Sebaliknya, hewan hanya dapat memanfaatkan karbon dalam bentuk persenyawaan
organik. Unsur C dan O selalu terlibat dalam proses respirasi dan fotosintesis,
yaitu dalam bentuk CO2 dan O2. Oleh karena itu, membahas
daur karbon pada dasarnya juga membahas daur oksigen.
Daur karbon ini diawali oleh penyerapan CO2
oleh tumbuhan dan dijadikan persenyawaan organik, yaitu glukosa, melalui proses
fotosintesis. Selanjutnya, glukosa diubah menjadi amilum, kemudian amilum
diubah menjadi senyawa gula yang lain, lemak, protein, dan vitamin. Pada proses
pernapasan tumbuhan, dihasilkan lagi CO2 dan oksigen. Dengan
demikian, daur karbon terpendek terjadi pada tumbuhan → lingkungan → tumbuhan.
Demikian puka daur oksigen.
Hewan mendapatkan karbon setelah memakan tumbuhan.
Kemudian, tubuh hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan menjadi karbon dioksida,
air, dan mineral oleh pengurai. Karbon dioksida yang terbentuk dilepaskan ke
udara. Demikian seterusnya daur karbon itu berlangsung. Daur karbon ini
merupakan daur karbon terpanjang yang berlangsung melalui tumbuhan → hewan →
pengurai → karbon dioksida di udara → tumbuhan.
Dalam ekosistem normal, terjadi keseimbangan antara
daur karbon dan oksigen. Oksigen diserap hewan dan tumbuhan untuk oksidasi dan
hasilnya, yaitu karbon dioksida dilepaskan ke udara. Karbon dioksida ini
digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis.
3.
Daur Air
Air sangat penting bagi makhluk hidup, karena air
berfungsi sebagai pelarut kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur
tekanan osmotik sel, dan bahan baku untuk fotosintesis. Di alam terjadi daur
air yang dapat diuraikan sebagai nerikut.
Air laut, danau, dan sungai yang terkena cahaya
matahari akan menguap. Tumbuhan dan hewan juga mengeluarkan uap air. Uap air
akan membubung ke atmosfer dan berkumpul membentuk awan. Akibat tiupan angin,
awan akan bergerak menuju ke permukaan daratan. Pengaruh suhu yang rendah
mengakibatkan terjadinya kondensasi uap air menjadi titik-titik air hujan. Air
hujan yang turun di permukaan bumi sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian
dimanfaatkan tumbuhan dan hewan, sebagian yang lain mengalir di permukaan tanah
menjadi sungai-sungai, dan sebagian lain menguap menjadi uap air yang akan
turun kembali bersama air hujan. Sebagian air yang diserap akar-akar
tumbuh-tumbuhan akan dipindahkan menuju ke berbagai jaringan, dan ada yang
mencapai buah atau daun. Apabila buah dan daun ini dimakan oleh hewan, maka air
yang berpindah ke tubuh hewan dibuang dalam bentuk urin atau dimakan hewan yang
lain. Air yang tidak diserap tumbuhan meresap ke dalam tanah, menjadi air tanah
dan keluar dalam bentuk mata air. Hewan dan manusia memanfaatkan air dari mata
air ini untuk diminum. Selanjutnya, air tersebut dikeluarkan dalam bentuk urin.
Urin akan masuk ke dalam parit, kemudian ke sungai, dan akhirnya ke laut.
Air yang meresap ke dalam tanah bergerak menuju ke
tempat-tempat yang rendah karena gravitasi bumi. Pada tempat tertentu, muncul
sebagai mata air yang akan mengalir sebagai sungai. Di sungai, air dimanfaatkan
lagi oleh biota sungai. Sungai yang menampung air, baik dari air tanah, air
hujan, maupun kelebihan air yang telah dimanfaatkan manusia, akhirnya mengalir menuju
ke laut.
Indonesia yang merupakan negara di daerah
khatulistiwa seharusnya tidak kekurangan air. Akan tetapi, gangguan terhadap
daur air alami, misalnya akibat penebangan hutan secara liar, proses peresapan
air terganggu sehingga timbul banjir. Demikian juga kuantitas air tidak
terdistribusi sebagaimana mestinya. Akibatnya, pada musinm hujan terjadi
banjir, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Saat ini, air bersih
menjadi semakin langka karena pencemaran.
4.
Daur Belerang
Belerang (sulfur) merupakan unsur penyusun protein.
Tumbuhan mendapatkan belerang dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO42-).
Di dalam tubuh tumbuhan, belerang digunakan sebagai bahan penyusun protein. Hewan
dan manusia mendapatkan belerang dengan jalan memakan tumbuhan. Jika tumbuhan
dan hewan mati, jasad renik akan menguraikannya menjadi gas H2S atau
menjadi SO2 dan SO42-.
Secara alami, belerang terkandung di dalam tanah
dalam bentuk mineral tanah. Beberapa gunug berapi, misalnya Gunung Arjuno di
jawa Timur, mengeluarkan belerang yang kemudian ditambang menjadi batangan
belerang. Selain itu, belerang di udara juga berasal dari sisa pembakaran
minyak bumi dan batu dara, dalam bentuk SO2. Gas SO2
banyak dihasilkan oleh asap kendaraan dan pabrik. Jika bereaksi dengan uap air
hujan, maka gas tersebut berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai,
atau lautan. Selanjutnya, sulfat dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan atau alga
air.
5.
Daur Fosforus
Fosforus (P) merupakan bahan pembentuk tulang pada
hewan. Semua makhluk hidup memerlukan fosforus untuk digunakan sebagai
pembentuk DNA, RNA, protein, energi (ATP), dan senyawa organik lainnya. Daur
fosforus terjadi melalui proses berikut.
Di dalam tanah terkandung fosfat anorganik yang
dapat diserap tumbuhan. Hewan mendapatkan fosforus setelah memakan tumbuhan.
Tumbuhan dan hewan yang mati, feses dan urinnya akan terurai menghasilkan
fosfat organik. Oleh bakteri, fosfat organik akan diubah menjadi fosfat
anorganik yang dapat diserap tumbuhan. Demikianlah daur fosforus.
Di dalam ekosistem air juga terjadi daur fosforus,
yakni: tumbuhan → hewan air → bakteri → fosfat organik. Bagian tumbuhan yang
jatuh ke dasar danau yang dalam atau lautan dalam akan membentuk endapan
fosforus (batuan fosforus) yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Inilah salah
satu alasan semakin kurusnya ekosistem air dalam yang tidak mempunyau arus air.
Larutan yang memiliki arus air mengakibatkan endapan fosforus teraduk dan
menyuburkan ekosistem laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar