Kamis, 08 Januari 2015

Pola-pola Hubungan dalam Ekosistem

Pola-pola Hubungan dalam Ekosistem


Description: http://merbabu.com/artikel/images/ekosistem.jpg
                        Antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain terjadi hubungan, baik antara sesama spesies maupun antarspesies, baik antara sesama komponen biotik maupun antara komponen biotik dan abiotik. Hubungan timbal balik dikenal pula dengan istilah interaksi atau aksi interaksi. Dalam bagian ini akan dibahas pengertian populasi, komunitas, dan ekosistem. Juga akan dibahas habitat dan nisia sebagai hasil interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
1.        Interaksi Antarindividu Membentuk Populasi
Sekumpulan makhluk hidup dari spesies yang sama yang hidup pada suatu waktu di kawasan tertentu serta saling berinteraksi membentuk populasi. Oleh karena berasal dari spesies yang sama, maka individu di dalam populasi mempunyai potensi melakukan kawin silang yang akan menghasilkan keturunan yang fertil (mampu bereproduksi). Contoh populasi adalah populasi itik, populasi kambing, populasi padi, dan populasi pohon jati.
Suatu populasi dapat dikenali dengan adanya ciri-ciri:
a.       Text Box:  

Populasi terdiri dari kumpulan organisme satu spesies.
memiliki kesamaan morfologi,
b.      memiliki kesamaan fungsi fisiologi,
c.       dapat melakukan perkawinan silang,
d.      dapat menghasilkan keturunan yang fertil.
Dengan demikian, populasi memiliki sifat dapat tumbuh dan berkembang, dari populasi berukuran kecil menjadi populasi yang berukuran lebih besar. Sebaliknya, karena alasan-alasan tertentu (misalnya, diburu, terkena penyakit, bencana alam), ukuran populasi bisa menjadi lebih kecil dari semula. Semakin besar populasi, semakin banyak kebutuhan makanannya. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen, air, dan ruangan.  Antarindividu tersebut akan terjadi persaingan atau kompetisi untuk memenuhi kebutuhan oksigen, air, makanan, ruangan, dan cahaya matahari. Oleh karena itu, ledakan populasi akan menimbulkan persaingan dan persaingan menimbulkan masalah lingkungan.
Populasi dapat bertambah atau berkurang, tergantung dari kondisi lingkungannya. Pada musim hujan, populasi rumput meningkat. Sebaliknya, pada musim kemarau, populasinya menurun. Banyaknya individu dalam populasi dapat dihitung sehingga dapar diketahui ukuran populasi per satuan luas. Banyaknya individu per satuan luas disebut kepadatan populasi atau kerapatan populasi. Misalnya, kepadatan populasi pohon kelapa 3 pohon / 10.000 m2.
2.        Interaksi Antarpopulasi Membentuk Komunitas
Text Box:  

Komunitas sungai terbentuk dari interaksi antara populasi-populasi yang menempati sungai tersebut.
Antara populasi itik, cacing, tanaman padi, dan mikroorganisme di suatu wilayah terjadi interaksi. Demikian pula antara hewan dan tumbuhan dalam wilayah yang lain. Sebagai contoh, hewan mengambil oksigen dari hasil fotosintesis yang dilakukan tumbuhan, sedangkan tumbuhan memanfaatkan karbon dioksida dari hasil pernapasan hewan. Interaksi antara populasi yang satu dengan yang lain dalam suatu areal pada waktu tertentu membentuk komunitas.
Berdasarkan uraian tersebut, komunitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan berbagai populasi (baik hewan, tumbuhan, maupun manusia) pada suatu kawasan tertentu yang saling mengadakan interaksi. Contoh komunitas adalah komunitas hutan hujan tropik yang di dalamnya terdapat berbagai populasi tumbuhan, reptilia, burung, mamalia, mikroorganisme, cacing, dan moluska. Contoh komunitas lain adalah komunitas hutan bakau, padang rumput, dan sabana.
Ditijau dari organisasi dalam biologi, komunitas setingkat lebih tinggi daripada populasi dalam melakukan interaksi tersebut, antara populasi yang satu dengan yang lain membentuk suatu pola hubungan, yang dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.


a.       Text Box:  Simbiosis mutualisme (hubungan saling menguntungkan), misalnya antara bunga dan kupu-kupu.



b.      Text Box:  Simbiosis parasitisme (hubungan yang merugikan salah satu organisme), misalnya antara kutu dan anjing.




c.       Text Box:  Simbiosis komensalisme (salah satu dintungkan, yang lain tidak dirugikan), misalnya antara ikan remora dan ikan hiu.

Text Box:

d.      Predatorisme (yang satu memakan yang lain), misalnya antara kucing dan tikus.


Text Box:

e.       Netralisme (tidak diuntungkan dan tidak dirugikan), misalnya antara cecak dan kecoak.




f.       Text Box:  Kompetisi (berebut untuk mendapatkan makanan, air, udara, cahaya, ruangan, dan pasangan untuk kawin).


Salah satu ciri komunitas adalah adanya keanekaragaman spesies dan pola penyebarannya. Semakin beraneka ragam spesies penyusun suatu komunitas, maka semakin tinggi organisasinya, dan ini berarti semakin dewasa komunitas tersebut. Komunitas yang sedemikian itu biasanya lebih stabil. Dalam arti, komunitas mampu memulihkan diri apabila ada gangguan mendapat “gangguan”, asalkan masih dalam batas toleransi. Gangguan itu berupa penambahan atau pengurangan materi atau energi. Komunitas yang mampu memulihkan dirinya dikatakan memiliki daya lenting yang tinggi.
3.        Interaksi antara Komunitas dengan Komponen Abiotik Membentuk Sistem Lingkungan (Ekosistem)
Bagaimana interaksi antara komunitas dengan faktor-faktor abiotik? Komunitas tidak dapat lestari tanpa adanya faktor-faktor biotik, seperti air, mineral, pH, suhu, cahaya, udara, dan sebagainya dari lingkungannya. Jadi, faktor biotik tergantung pada faktor abiotik. Sebaliknya, faktor abiotik tergantung pada faktor biotik juga. Antara faktor biotik dan abiotik terjadi saling ketergantungan.
Interaksi antara komunitas dengan faktor abiotik membentuk suatu sistem yang dikenal sabagai sistem lingkungan atau ekosistem. Interaksi tersebut dapat berupa memakan dan dimakan sehingga terjadi pemanfaatan energi dan daur ulang materi.
Berapa luas ekosistem itu? Jawabannya adalah tidak dapat ditentukan. Sebuah cawan yang ada di kebun, yang terisi air hujan dan di dalamnya hidup jentik-jentik nyamuk, merupakan suatu ekosistem. Akuarium yang berisi tumbuhan air dan ikan, juga merupakan suatu ekosistem buatan manusia. Ada ekosistem sawah yang cukup luas dan ada pula ekosistem lautan yang sangat luas. Jadi, luas sempitnya ekosistem tidak dapat ditentukan secara pasti. Bahkan, seluruh permukaan bumi beserta segala makhluk hidup di dalamnya yang disebut sebagai biosfer, dapat dipandang sebagai ekosistem raksasa.
Habitat dan Nisia
Text Box:  Pada lingkungan tertentu hanya hidup organisme tertentu pula. Misalnya, padi hanya hidup di sawah. Lingkungan tempat hidup organisme itu dikenal sebagai habitat. Habitat padi berbeda dengan habitat jagung, bukan? Habitat tanaman kangkung berbeda dengan habitat bayam atau kubis. Apa perbedaannya?
Pada suatu pohon, kita dapat mengamati adanya jamur, lumut kerak, tumbuhan paku, dan benalu. Jamur biasanya terdapat pada ranting atau cabang yang mati. Tumbuhan paku menempati dahan yang lembap. Benalu melekat pada ranting. Semuanya menempati habitat yang berbeda.
Coba amati pucuk tanaman jeruk. Kadang-kadang dapat dijumpai adanya kutu daun yang hidup dan menghisap cairan tanaman jeruk. Kutu daun itu berkembang secara khusus (spesifik) menempati suatu habitat yang khas pula. Di daun jeruk, sering ditemukan ulat jeruk. Ulat tersebut memakan daun jeruk. Makanan ulat jeruk berbeda dengan makanan kutu jeruk. Masing-masing memiliki peranan (pekerjaan) yang spesifik sesuai dengan habitatnya. Masing-masing memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda.
Text Box: Bumi
↑
Ekosfer
↑
Ekosistem
↑
Komunitas
↑
Populasi
↑
Organisme
↑
Organ
↑
Jaringan
↑
Sel
↑
Organel
↑
Gen
↑
Molekul

Sistem penyokong kehidupan.
Kekhususan peran itu dikatakan sebagai nisia (niche), sedangkan tempat hidup yang khas itu dikatakan sebagai habitat. Jadi, perbedaan antara nisia dan habitat dapat diibaratkan bahwa habitat adalah “alamat” suatu organisme, sedangkan nisia adalah “pekerjaan” suatu organisme.
4.        Interaksi Antarekosistem di Permukaan Bumi Membentuk Biosfer
Di permukaan bumi, mulai dari dasar samudera hingga puncak pegunungan yang tinggi serta beberapa ratus meter lapisan udara di atasnya, terdapat berbagai macam ekosistem yang saling berinteraksi. Ini merupakan lapisan permukaan bumi yang dihuni organisme yang saling berinteraksi. Lapisan permukaan bumi ini dikenal sebagai biosfer atau ekosfer.
Bumi kita merupakan satu kesatuan sebagai hasil dari interaksi berbagai faktor penyusun yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, para pakar lingkungan prihatin dengan pencemaran, perusakan, dan perubahan iklim yang terjadi akibat kegiatan manusia. Jika ekosistem di bumi mengalami kerusakan, maka akibat kerusakan itu akan berangkai karena antarkomponen terjadi interaksi sebagaimana diuraikan sebelumnya. Umat manusia sendiri akan terancam kelestariannya. Di mana manusia akan tinggal apabila bumi rusak akibat kegiatan manusia itu sendiri? Mari selamatkan bumi kita ini!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a
d
r
i
F
i
r
t
u
P